keikutsertaan Gories Mere (Densus 88)

Dugaan keikutsertaan Gories Mere dalam penggerebekan teroris di Medan dipertanyakan. Sebab, saat ini jenderal bintang tiga tersebut sudah tidak lagi bersinggungan langsung dengan penanggulangan terorisme di Indonesia.

Dalam penggerebekan teroris di Medan beberapa waktu lalu, polisi jenderal bintang tiga disebut-sebut ada dalam rombongan Densus 88 yang ‘menerobos’ Pos Golf Bravo Bandara Polonia untuk menuju Area Delta. Jenderal itu disebut-sebut adalah Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Gories Mere.

Menurut Ketua Badan Pengurus Kontras, Usman Hamid, keterlibatan Gories ini bukan yang pertama kalinya.

“Jika memang kemampuannya di bidang penanggulangan teroris masih sangat dibutuhkan, menurut Usman, harusnya Gories dikembalikan lagi di antiteror, tidak di BNN seperti saat ini”imbuhnya.

“Ini strukturnya harus dipertanggungjawabkan. Densus harus diaudit,” desak Usman.

Usman mengatakan polisi bisa saja membela diri mengatakan jika keberadaan Gories di sana cuma kebetulan. Tapi publik tidak lantas langsung percaya.

“Polisi bisa saja membela diri mengatakan ketemu di sana, ketemu di Medan. Jadi seolah-olah, ketemu Gories baru pulang dari Danau Toba.”

“Kenapa BNN ikut-ikut? Apa teroris ini juga tersangka narkoba?” sindir pria yang batal menjadi pengurus Partai Demokrat tersebut.

Sebelumnya Mabes Polri mengaku memastikan Gories Mere berada dalam penggerebekan teroris yang dilakukan oleh Densus 88 di Medan. Namun, jika benar Gories yang tak lagi berdinas di bidang terorisme, ada dalam rombongan Densus 88, Mabes Polri menilai tidak ada masalah yang perlu dibesar-besarkan. Bisa saja Gories memang ada keperluan di Medan.

Pada Kamis 16 September, Danlanud Medan mengirim surat kepada Kapolda Sumatera Utara terkait ‘penerobosan’ rombongan Densus 88 di Bandara Polonia. TNI Angkatan Udara merasa keberatan karena rombongan itu tidak mengindahkan aturan yang berlaku.

Petugas yang berjaga di pos sempat digertak oleh salah satu orang di rombongan tersebut. Orang itu mengatakan agar si petugas pos tidak menghalangi misi negara. Selain itu, orang di rombongan itu juga menyebut ada jenderal bintang tiga di rombongan itu.cDugaan keikutsertaan Komjen Gories Mere dalam penggerebekan teroris di Medan dipertanyakan. Sebab, saat ini jenderal bintang tiga tersebut sudah tidak lagi bersinggungan langsung dengan penanggulangan terorisme di Indonesia.

Dalam penggerebekan teroris di Medan beberapa waktu lalu, polisi jenderal bintang tiga disebut-sebut ada dalam rombongan Densus 88 yang ‘menerobos’ Pos Golf Bravo Bandara Polonia untuk menuju Area Delta. Jenderal itu disebut-sebut adalah Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Gories Mere.

Menurut Ketua Badan Pengurus Kontras, Usman Hamid, keterlibatan Gories ini bukan yang pertama kalinya.

“Soal keterlibatan Goris ini bukan pertama kali. sebelumnya pernah terjadi. Goris memang punya kemampuan antiteror yang baik. DI Indonesia maupun jaringan internasional,” kata Usman Hamid dalam sebuah diskusi di Bakoel Coffee, Jakarta, Rabu (22/9/2010).

Jika memang kemampuannya di bidang penanggulangan teroris masih sangat dibutuhkan, menurut Usman, harusnya Gories dikembalikan lagi di antiteror, tidak di BNN seperti saat ini.

“Ini strukturnya harus dipertanggungjawabkan. Densus harus diaudit,” desak Usman.

Usman mengatakan polisi bisa saja membela diri mengatakan jika keberadaan Gories di sana cuma kebetulan. Tapi publik tidak lantas langsung percaya.

“Polisi bisa saja membela diri mengatakan ketemu di sana, ketemu di Medan. Jadi seolah-olah, ketemu Gories baru pulang dari Danau Toba.”

“Kenapa BNN ikut-ikut? Apa teroris ini juga tersangka narkoba?” sindir pria yang batal menjadi pengurus Partai Demokrat tersebut.

Sebelumnya Mabes Polri mengaku memastikan Gories Mere berada dalam penggerebekan teroris yang dilakukan oleh Densus 88 di Medan. Namun, jika benar Gories yang tak lagi berdinas di bidang terorisme, ada dalam rombongan Densus 88, Mabes Polri menilai tidak ada masalah yang perlu dibesar-besarkan. Bisa saja Gories memang ada keperluan di Medan.

Pada Kamis 16 September, Danlanud Medan mengirim surat kepada Kapolda Sumatera Utara terkait ‘penerobosan’ rombongan Densus 88 di Bandara Polonia. TNI Angkatan Udara merasa keberatan karena rombongan itu tidak mengindahkan aturan yang berlaku.

Petugas yang berjaga di pos sempat digertak oleh salah satu orang di rombongan tersebut. Orang itu mengatakan agar si petugas pos tidak menghalangi misi negara. Selain itu, orang di rombongan itu juga menyebut ada jenderal bintang tiga di rombongan itu.(muslimdaily.net)

Telah Terbit KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia) Offline Gratis

Setelah beberapa hari mengerjakan kamus ini Alhamdulillah akhirnya KBBI versi offline sudah jadi dan siap rilis. KBBI versi 1.1 ini merupakan versi offline dari KBBI Daring ( edisi III) yang ada di PusatBahasa (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/). Dibanding versi online Kamus ini mempunyai beberapa keunggulan, dan selain itu Kamus ini Gratis (freeware) dan bebas disebarluaskan dengan syarat tidak mengubah software.
Ide untuk membuat kamus versi offline ini muncul ketika melihat situs KBBI tersebut, dan sekalian me-review ulang delphi programming yang sudah agak lama tidak terpakai lagi. Database diambil dari website dengan otomatisasi program yang juga dibuat dengan Delphi 7 personal. KBBI v1.1 ini bersifat portable sehingga tinggal download dan jalankan, tanpa perlu install.

Penggunaan dan Fitur

Sengaja tidak ada petunjuk penggunaan atau file bantuan, karena penggunaannya sangat mudah, tinggal memasukkan kata yang akan dicari dan tekan enter atau klik tombol cari, maka akan ditampilkan arti kata yang dimaksud jika ada.
Arti yang ditampilkan sudah di format sedemikian rupa agar memudahkan pengguna membaca dan mencari definisi kata yang dimaksud. Dua kolom sebelah kiri merupakan hasil kata pencarian, dengan penjelasan :
Kolom atas merupakan daftar kata yang merupakan kata dasar
Kolom kedua merupakan hasil pencarian, tetapi tidak didapatkan pada kata dasar tetapi pada kata turunan atau majemuk ( di istilahkan dengan sub lema kalau tidak salah)
Bagian Kanan merupakan definisi kata yang ditampilkan dengan warna yang memberikan arti sebagai berikut :

– Warna merah dengan latar kuning adalah lema (kata dasar)
– Warna merah dengan nomor adalah banyaknya arti aatu definisi kata
– Warna merah saja tanpa latar merupakan sub lema atau kata turunan
– Warna biru adalah jenis kata atau termasuk dalam istilah apa
– Warna hitam adalah arti aau definisi kata
– Warna hijau adalah contoh penggunaan kata dalam kalimat
– Warna ungu adalah contoh dalam peribahasa
– Warna hitam dengan background hijau merupakan hasil pencarian yang terdapat pada sub-lema atau kata turunan

Jika ada masukan, saran, kesalahan tampilan atau program,silahkan disampaikan. Bagi yang ingin mengupload di (blog/website) tempat lain, diharap untuk tetap mencantumkan link ke ebsoft.web.id atau ke tulisan ini. Semoga KBBI offline ini bisa bermanfaat. Download KBBI v1.1 ( box.net) atau dari link ini Download KBBI v1.1 (4shared) ukuran sekitar 3.2 MB

Perhatian: Versi 1.1 : Perbaikan file yang dideteksi sebagai virus oleh beberapa Antivirus (Kaspersky, AVira ) (muslimdaily)

Masalah ciketing harus dilihat dengan jernih

Islam tidak menolak Kristen, namun yang dilawan umat Islam adalah “Kristenisasi” dan segala bentuk makar terhadap Islam, ujar MUI

Hidayatullah.com–Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Kholil Ridwan, mengatakan, permasalahan HKBP yang terjadi di Ciketing beberapa waktu lalu, harus dilihat dengan jernih dan berimbang. Jangan dilihat dengan kacamata kuda.

Umat Islam, jelas Kholil, sama sekali tidak menolak Kristen sebagai agama, pun demikian dengan Hindu, Budha, Khong Khu Chu, dan lainnya.  Namun yang ditolak dan dilawan oleh umat Islam adalah Kristenisasi dan segala bentuk makar lainnya terhadap Islam.

“Kalau kristenisasi, umat Islam pasti akan melawan, sebab kristenisasi sendiri itu adalah bentuk perang,” kata Kholil dalam jumpa pers Forum Umat Islam di Sekretariat FUI JL. Kalibata Tengah, Jakarta, Rabu (22/09).

Dipaparkan Kholil, permasalahan HKBP yang terjadi di Ciketing belum ada apa-apanya dengan apa yang dialami umat Islam di daerah minoritas.

Di Manokwari, Kholil mencontohkan, umat Islam di sana untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi masjid saja tidak diizinkan. Dan, kata dia, sangat banyak contohnya lagi kasus-kasus diskriminasi yang dialami umat Islam di daerah-daerah yang lain.

“Jadi masalahnya bukan pada SKB atau PMB, tapi bagaimana mentaati peraturan tersebut. Ini sudah konsensus nasional yang disepakati semua perwakilan agama-agama di Indonesia,” terang Ketua Majelis Pimpinan Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKSPPI) ini.

Jika SKB atau PMB (Peraturan Menteri Bersama) tentang pendirian rumah ibadah sampai dihapus, maka kata Kholil, jelas ini akan memunculkan kekisruhan yang tak pelak bisa berujung pada pertikaian antaragama.

“Kalau PMB dihapus, kristenisasi akan merajalela,” katanya.

Senada dengan itu, Sekretaris Jenderal Forum Ummat Islam (FUI) Muhammad Al Khattath mengungkapkan, umat Kristen yang mau melakukan misi kristenisasi sebetulnya tidak ada masalah. Yang jadi masalah jika kegiatan tersebut dilakukan di tengah-tengah komunitas masyarakat yang sudah beragama.

“Jangan sampai orang yang sudah berakidah, bersyahadat, dan beriman kepada Allah, malah dimurtadkan. Ini adalah ajakan perang. Pemurtadan adalah aksi yang sangat membahayakan bagi umat,” imbuh Al Khattath.

Jumpa pers ini juga dijadiri sejumlah tokoh-tokoh Islam, pimpinan ormas-ormas Islam, dan para aktifis dakwah dan pemerhati masalah umat Islam. [hidayatullah]

Densus 88 Arogan Di Medan, IPW Minta Kapolri Disidang

Muslimdaily_** Indonesia Police Watch (IPW) mengecam keras tindakan arogan Densus 88 Polri kepada aparat TNI AU di Bandara Polonia Medan. IPW khawatir, tindakan arogan itu bisa memicu bentrokan tajam antara aparat TNI khususnya AU dengan Polri secara jangka pendek.

”Konflik ini juga berpotensi berkelanjutan antara aparat tingkat bawah TNI-Polri,” ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane, Rabu (22/9).

Menurut Neta, Densus 88 seharusnya menyadari, secara hukum konvensi internasional, semua pihak dilarang membawa senjata ke dalam bandara. Bahkan, imbuh dia, bagi aparat yang membawa senjata harus melalui pmeriksaan keamanan bandara. “Sebagai penegak hukum, Densus 88 juga harus taat hukum dan tidak arogan dengan mengatasnamakan misi operasi negara,” jelasnya.

IPW juga memprotes kehadiran pejabat Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam operasi Densus 88. Kehadirannya, nilai Neta, sudah melampaui wewenangnya. Untuk itu, IPW mendesak DPR harus memanggil Kapolri dan memprotes arogansi Densus 88 yang bisa merusak kesatuan dan kekompakan TNI-Polri selama ini.

Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri pun sebelumnya mengakui ada masalah prosedural yang dialami Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes polri saat memasuki Bandara Polonia Medan, Senin (13/9). “Kalau ada beberapa masalah di lapangan, tentu itu terjadi karena memang tidak semua orang paham karena kami diburu waktu” kata Kapolri.

Karenanya, Kapolri mengaku akan akan berkoordinasi dengan Kepala Staf Angkatan Udara terkait persoalan prosedural di Bandara Polonia Medan.

Peristiwa itu dimulai ketika ada 20 personil Densus 88 Mabes Polri berjalan kaki memasuki kawasan Bandara Udara Polonia Medan untuk menaiki pesawat carter melalui Pos Golf Bravo. Kawasan itu tidak terbuka bagi sipil.

Anggota TNI AU yang bertugas keberatan. Para petugas TNI AU ini meminta para anggota Densus 88 masuk melalui terminal keberangkatan atau VIP Room Bandara. Namun para anggota Densus berkukuh dengan alasan demi tugas negara.

“Kamu tahu, di depanmu itu jenderal bintang tiga,” tulis Prajurit Kepala Didik Suprihatin menirukan salah satu anggota Densus 88. Kala itu ia ditemani petugas pengamanan bandara, Joko Santoso.

Didik akhirnya melaporkan kejadian itu ke Komandan Lanud Polonia Medan. Surat Nomor B/137/IX/2010/Lanud Medan itu ditembuskan kepada Komandan Satuan POM Lanud Medan dan General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Polonia.

Laporan dari bandara akhirnya ditindaklanjuti. Komandan Pangkalan TNI AU Medan menyurati Kepala Kepolisian Sumatra Utara memprotes insiden itu.

Kronologis Insiden di Lanud Polonia

Berikut kronologi ulah para anggota Densus 88 di Pos Golf Bravo Bandara Polonia Medan. Kronologi ini disampaikan secara resmi Pangkalan TNI AU Medan sebagai lampiran dalam surat protes Komandan Pangkalan TNI AU Medan kepada Kapolda Sumut Irjen Pol Oegroseno tertanggal 16 September 2010.

Kronologi ini berjudul ‘Kronologi Kejadian di Pos Golf Bravo Bandara Polonia Medan’. Berikut kronologi selengkapnya seperti fotokopi lampiran yang diberitakan detikcom, Senin (20/9/2010): 

Pada hari ini Senin, tanggal 13 September 2919 sekira pukul 15.20 WIB, pada saat saya (Praka Didik S) sedang bertugas jaga di Pos GB (Golf Bravo) Bandara Polonia Medan bersama dengan seorang Security Angkasa Pura atas nama Joko Santoso.

Datang rombongan sekitar 20 orang dengan berjalan kaki yang tidak kami kenal hendak masuk area Airside Bandara Polonia Medan. Kemudian saya menanyakan keperluan kepada rombongan tersebut, lalu salah satu dari mereka menjawab ‘mau naik pesawat’ lalu kami arahkan ke mereka “bila ingin naik pesawat, harus melalui terminal keberangkatan atau VIP Room Bandara Polonia Medan”. Namun mereka tetap ingin masuk melalui Pos Golf Bravo untuk naik pesawat dan mereka terap bersikeras dengan alasan misi operasi negara dan saya tetap melarang rombongan untuk masuk melalui Pos Golf Bravo. Lalu salah satu dari mereka lagi menjawab “Kamu tau yang di depanmu itu Jendera bintang tiga”. Lalu saya menjawab “Siap mohon ijin, karena kami tidak ada tembusan atau pemberitahuan sebelumnya. Saya hanya menjalankan prosedur sebagai petugas jaga di Pos Golf Bravo”.

Namun mereka tetap berjalan masuk melewati Pos Golf Bravo. Lalu salah satu dari mereka mengatakan “Kamu jangan menghalangi misi operasi negara”. Kemudian Security Angkasa Pura atas nama Joko Santoso melaporkan kejadian tersebut kepada Danton Security atas nama Jumadi.

Demikianlah kronologi ini dibuat dengan sebenar-benarnya sesuai dengan kejadian tersebut. Kemudian ditutup dan ditandatangani pada hari dan tanggal seperti tersebut di atas.

Laporan kronologi ini disusun anggota TNI AU Praka Didik S kepada Dan Lanud Medan. Kronologi ini ditembuskan kepada GM PT AP II Bandara Polonia Medan dan Dansatpom Lanud Medan.

JAT Berikan Pers Release Soal Pernyataan Kapolri di Medan

 
Muslimdaily_** SOLO – Berkaitan dengan isi pernyataan Kapolri Jend.(Pol) Bambang Hendarso Danuri pada tanggal 20 September 2010 kemarin soal penangkapan dan penembakkan 18 tersangka teroris , dimana diantara pernyataannya menyebutkan bahwa menurut keterangan tersangka, mereka terlibat dengan Al Qoidah dan JAT ( Jama’ah Anshorut Tauhid ), seperti yang dimuat dalam Kompas, 21 September 2010.

 

Dan juga munculnya upaya pengkait-kaitan Ustad Abu Bakar Ba’asyir dengan kasus perampokan Bank CIMB Medan tersebut padahal beliau berada dalam tahanan Bareskrim Mabes Polri sebagaimana pemberitaan beberapa mass media, tudingan yang bernuansa fitnah dilontarkan, dengan menerabas prinsip praduga tidak bersalah,  oleh Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen ( Pol ) Iskandar Hasan. 

Untuk itu, Pengurus Pusat Jama’ah Anshorut Tauhid mengadakan jumpa pers bersama para jurnalis media dan perlu menyatakan hal – hal penting sebagai berikut :
Bahwa JAT telah berulangkali menegaskan garis perjuangan yang ditempuh adalah terbuka dalam arti semua program kami terang-terangan dan tidak ada kegiatan atau program kami yang bersifat rahasia.

Bahwa JAT tidak memiliki dan tidak merencanakan program yang mengindikasikan adanya muatan atau unsur-unsur yang terkait dengan kriminalitas apalagi terorisme .

JAT memiliki kepentingan yang sama dalam menjaga ketentraman masyarakat dari berbagai kejahatan jadi tidak mungkin terlibat dalam hal – hal yang bertentangan dengan kepentingan bersama itu.

JAT menolak dengan keras berbagai upaya rekayasa terorisasi maupun kriminalisasi terhadap berbagai kasus yang menimpa aktivis atau ulama Islam, sebagaimana upaya pengkait-kaitan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dengan tindak kriminalitas atau terorisme. Khusus untuk kasus Medan, JAT juga menengarai dan mengendus bau busuk intrik-intrik dan rekayasa jahat dibalik peristiwa perampokan tersebut. Yakni adanya upaya kuat untuk  mengkambing-hitamkan kelompok tertentu sejak pertamakali kasus ini terjadi dan mencuat di berbagai liputan dan pemberitaan.

Maka upaya-upaya yang selalu mengkait-kaitkan institusi JAT dengan tersangka pelaku kriminal maupun dugaan pelaku tindak terorisme yang dilakukan seseorang, jelas merupakan upaya rekayasa pemaksaan kasus seperti jaman – jaman orde baru yang selalu menjadikan Islam dan kaum Muslimin sebagai pesakitan.

JAT mengingatkan semua pihak demi kebaikan semua lapisan masyarakat dan bangsa, yakni untuk tidak melibatkan diri dalam upaya rekayasa penyudutan dan pembusukan Islam dan kaum muslimin di negri ini. Hentikanlah berbagai fitnah dan semua kebohongan publik yang telah dilakukan tanpa belas kasih dan tiada rasa malu itu. Karena hal itu hanya akan menambah beban penderitaan mayoritas rakyat . JAT percaya, bahwa pada akhirnya akan terbukti adanya otak dan tangan-tangan asing yang bermain untuk terus menerus melemahkan bangsa yang mayoritas muslim ini agar sumber daya manusia dan kekayaan alamnya terus mereka bisa kuasai. 

Terakhir, sebagai kaum yang lemah, JAT menyatakan berpasrah diri dan menggantung harapan kepada Alloh Azza wa Jalla, Rabb semua bahkan Rabb alam semesta, dimana kami yakin IA tidak pernah lalai dari perbuatan hamba-hambaNya, IA juga tidak pernah mengabaikan doa-doa orang-orang yang mengimaniNya. Sungguh IA Maha Gagah dan Maha Perkasa untuk membela Diin dan UmmatNya serta Maha Berkuasa atas segala urusan hamba-hambaNya.
Hasbunalloh wa ni’mal Wakiil, ni’mal Maula wa ni’man Nashiir .

Pernyataan tersebut disampaikan oleh pelaksana Amir JAT, Muhammad Achwan, dalam jumpa pers di kantor JAT Pusat di Cemani Selatan, Grogol, Solo, Rabu 11  Syawwal 1431/ 22 September 2010.

Berpendapatan Rp1 miliar per bulan. Dia pelawak termahal, yang tak mau hidup berlebihan.

VIVAnews –TAK banyak yang tahu, di Karet Pedurenan, Kuningan, Jakarta Selatan, tinggal seorang pelawak yang kini lagi moncer. Entis Sutisna, 34 tahun, konon salah satu pelawak termahal tahun ini. Dia disebut-sebut berpenghasilan Rp 1 miliar per bulan.

Selain ngetop lewat acara Opera Van Java (OVJ) di Trans7, dan Awas Ada Sule di Global TV, tawaran manggung datang bak hujan. Rezekinya pun mengalir deras. Entis Sutisna, lelaki asal Ciawi itu, tahun ini memang lagi laris. Dia akrab, dan terkenal, dengan panggilan Sule, alias Sunda Bule.

Tapi, Sule yang saat hidupnya susah pernah berdagang bakso dan ayam goreng keliling itu, tetap bersahaja. Dia memilih tinggal di rumah kos, meski uangnya yang ruah itu mampu menyewa apartemen bertarif  Rp 7 juta per bulan. “Lebih baik kos di sini saja, Rp2,5 juta sebulan. Sisanya bisa buat kebutuhan lain,” ujar Sule serius.

Demikianlah, suatu sore di awal September lalu, lawatan dilakukan ke rumah kos di Karet Pedurenan itu. Setelah pintu diketuk tiga kali, seorang lelaki gondrong pirang muncul dari balik pintu.  “Ya . Ini dari mana ya?” ujar lelaki itu. Logatnya kental Sunda.

Setelah Beno Junianto dari VIVANews memperkenalkan diri, Sule kontan menyahut. “O, dari VIVAnews. Saya kira dari Kapolsek. Silakan, jangan duduk,” ujarnya. Itulah Sule. Dia kerap bercanda.

Kamar itu lumayan luas, sekitar enam kali tujuh meter. Perabotannya sederhana, khas anak kos: tempat tidur, televisi, dispenser, dan lemari. Juga ada kamar mandi, dan dapur kecil.  “Walaupun hanya kamar, tapi ini rumah saya. Meski tak besar, yang penting bersih, biar tidur saya nyaman.  Bila ada tamu juga jadi tempat nyaman ngobrol, atau wawancara,” ujar Sule.

Di bilik itu pula, Sule tinggal bersama manajernya Adi. Kadang sejumlah kru band OVJ menginap di sana. Di dindingnya, ada foto Sule bergaya wakil presiden. Lalu ada gambar bersama tim OVJ. Yang mencolok adalah foto Sule bergaya Rhoma Irama. “Saya memang mengidolakan dia,” ujar Sule menyebut si raja dangdut, yang akrab dipanggil Bang Haji itu.

Ada cerita soal foto bergaya Rhoma Irama itu. Dia memang tergila-gila dengan Rhoma sejak dulu. Di era tahun 70an dan 80an, semua album Rhoma meledak di pasar. “Saking sukanya, saya dulu sering berangan-angan bisa bertemu Bang Haji”, ujar Sule.

Pada suatu hari, mimpi itu jadi kenyataan.

Sule tampil meniru gaya Rhoma Irama pada satu acara hiburan. Dia memakai kostum khas Bang Haji. Jubah menjuntai nyaris menyentuh lantai, dan sepatu bot kulit nyaris setinggi lutut. Dia makin menjadi-jadi meniru gaya Rhoma: gitarnya diayun ke kiri, dan ke kanan. Sekali-kali berteriak, dan melambaikan tangan.

Tanpa sepengetahuan Sule, dan ini kejahilan produser, Rhoma tiba-tiba hadir di belakang Sule yang tengah asyik beraksi. “Saya shock,” Sule mengenang. Untungnya, Bang Haji tak marah. Dia malah sumringah. 

***

Sule adalah seorang pekerja keras. Pada hari VIVAnews menemui dia, kata manajernya, Sule hanya tidur tiga jam. Apalagi menjelang Ramadan kemarin, dia bisa kerja sampai pukul 4 pagi. “Setelah itu ada briefing lagi untuk acara malamnya. Jadi, dia baru sampai ke kamar kos pukul satu siang. Langsung tepar,” ujar Adi, manajer Sule.

Itupun, pada bulan puasa, agenda Sule tak sepadat hari biasa. Di bulan Ramadan, Sule mengaku hanya fokus di acara ‘Sahur OVJ’, dan sesekali ada kegiatan rekaman gambar (taping), atau tampil menyanyi. Hari itu, Sule akan syuting paket acara Lebaran.

Sore itu, selesai mandi, dia bercerita, tentang kegiatannya. “Di kamar kos, saya membaca, menonton TV dan tidur. Pokoknya beristirahat,” ujarnya. Bila bosan di kamar, dia ngobrol dengan penghuni kamar sebelah, atau pemilik kos. Sejak kecil, dia terbiasa bersilaturahmi dengan tetangga.

Sule pun berkisah tentang masa lalunya (baca Metamorfosis Sule). Dia hidup susah. Setelah menikah pada 1997, di sela acara manggung di kampung, Sule berjualan jagung rebus, ayam goreng, dan juga kebaya.  “Saya dulu sering memberikan cicilan. Kebaya harga Rp60.000, dicicil tiga kali jadi Rp65.000. Meski untung sedikit, saya tetap semangat,” ujarnya.

Sule mengaku belajar perjuangan hidup dari ayahnya. Berjualan bakso selama 35 tahun, si ayah melakoni hidup dengan gembira. Ayahnya juga gemar membanyol. Itu sebabnya para pelanggan baksonya betah. ”Cara saya bisa dekat dengan fans, saya pelajari lewat gaya ayah itu,” ujar Sule.

Kini, meski Sule sudah ngetop, ayahnya tak pernah meminta apapun. Tapi Sule rutin mengirimkan uang ke orang tuanya itu. “Agar dia tidak perlu bekerja lagi. Tapi, bapak itu nggak bisa diam di rumah. Dia masih suka diam-diam dagang bakso,” kata Sule yang gemar pakai anting ini.

Ada cerita menarik soal anting Sule. Dia adalah kedua dari empat bersaudara, tapi sebenarnya ibunya pernah mengandung 11 anak. Tujuh saudaranya meninggal saat masih bayi. “Akhirnya, bapak saya ke orang pintar,” ujarnya.  Saat itu ada mitos agar anak berikutnya selamat, maka anak lebih tua harus memakai anting, dan jangan diaku sebagai anak.

Sule yang masih kecil pun diberi anting oleh ayahnya. Boleh percaya atau tidak, dua adik Sule lahir selamat, dan sehat sampai sekarang. “Jadi, zamannya belum ngetrend pria pakai anting, saya sudah sering diledekin banci oleh teman-teman,” ujarnya mengenang. Tapi, anting itu pula yang membuat penampilannya khas, dan rezekinya jadi kian lancar.

***

Tak terasa hari memasuki malam, dan Sule bersiap berangkat syuting di salah satu stasiun televisi. Sebelum pergi, Sule mengizinkan kameramen VIVAnews mengambil suasana kamarnya sekali lagi. Kamera membidik foto Sule bergaya Rhoma Irama, dan tiba-tiba Sule menyelutuk, “Lebih mirip mana, saya atau Bang Haji Rhoma?” Dia kembali meniru gaya si raja dangdut itu. Semua orang di kamar itu tertawa.

Tiba-tiba, sewaktu kameramen asyik merekam gambar, Sule melesat keluar kamar. Dia menutup pintu, dan menguncinya dari luar. “Haha, ayo, kamu di dalam saja ya. Jaga kamar ya, saya mau kerja dulu,” ujar Sule sambil terbahak meninggalkan kameramen yang melongo.  Sule menghilang sekitar dua menit, lalu kembali membuka pintu kamar itu.

Dia memang suka jahil. Tapi juga spontan. Seperti asal kata “prikitiew” yang jadi tagline-nya itu. Kata itu sebetulnya tak punya arti khusus, seperti halnya siulan nakal yang dibunyikan ‘suit-suit’, atau ujaran ‘cieee’, dan ‘jiaah’. Sule menemukan kata itu di Facebook.

Pada suatu hari, dia chatting dengan pelawak Parto melalui Blackberry. “Waktu itu Parto berduaan sama istri. Saya spontan bilang ‘prikitiew’,” ujarnya. Pada satu tayangan hiburan, dia tampil bersama Parto, dan kata ‘prikitiew’ itu muncul lagi. Lalu, kata itu pun akrab dan melekat dengan Sule.

Di depan kamar kosnya, mobil Nissan Terrano merah sudah siap menunggu. Menurut Sule, mobil ini selalu dicuci sebelum dipakai mengantar jemput dirinya. Mobil itu juga yang membawa dia ke Bandung, kalau saat pulang menjenguk istri. “Saya sayang mobil ini. Hasil kerja keras saya selama ini,” ujar Sule bersemangat.

Tapi, isengnya kembali kumat. Dia tak masuk ke mobil, Sule justru naik ke atas motor reporter VIVAnews yang terparkir di depan mobilnya. “Ayo berangkat, semua naik mobil ini. Kita ngebut …” katanya sambil bergaya di atas motor.

Salah seorang temannya berkata, “Le, itu bukan mobil, tapi motor.”

“Oh iya iya. Mobilnya langsing. Nggak jadi, deh,” ujar Sule tersenyum. Dia lalu masuk ke mobilnya, dan melesat ke tempat kerja.

***

Esok harinya, pertemuan dengan Sule berlanjut sebelum syuting ‘Sahur OVJ’. Pada waktu Ramadan, acara itu live setiap pukul 02.00 Wib. Wajah Sule masih mengantuk. Ternyata, malam itu dia tidur di studio, karena syuting baru kelar tengah malam. “Kalau pulang dulu, takutnya syutingnya terlambat,” katanya.

Muka Sule kembali segar ketika bercerita soal istrinya. Saat itu waktunya sahur. “Saya kangen sahur bareng istri. Kangen disiapin makanan. Biasanya sih, sebentar lagi istri akan SMS menanyakan saya sudah sahur atau belum,” ujarnya.

Jika di rumah, dia juga kerap membuat anak-anaknya tertawa. “Karena jarang bertemu inginnya happy. Saya sering melucu, hingga mereka tertawa terbahak-bahak,” ujarnya. Anaknya ada tiga. Paling tua berusia 11 tahun, lalu 8 tahun, dan yang kecil 2,5 tahun.

Tapi, menurut Sule, tak di semua tempat dia bercanda. “Pelawak kan juga manusia,  ibaratnya tukang cukur. Kalau sedang mencukur ya dia pencukur. Tapi kalau di rumah, dia jadi kepala rumah tangga . Bila berbicara dengan klien pun begitu. Berusaha memposisikan diri, dia suka bercanda tidak. Kalau suka, ya saya ajak bercanda. Kalau tidak, ya saya jaga jarak,” ujarnya.

Itulah Sule, salah satu pelawak termahal tahun ini. Dunia industri hiburan memang bisa mengubah nasib orang dalam semalam. Tapi bagi Sule, dia ingin menjaga hidupnya tetap sederhana. “Saya adalah saya, yang apa adanya,” ujarnya (np).

Jemaat HKBP Akhirnya Patuhi Keputusan Pemkot Bekasi

Wakil Wali Kota Bekasi Rahmad Efendi berharap, Minggu (26/9) mendatang, jemaat HKBP sudah bisa mematuhi keputusan

Hidayatullah.com—Setelah sempat tak mematuhi anjuran Pemkot Bekasi dengan tetap menggelar ibadah pada Minggu pagi (20/9), akhirnya jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Ciketing, Bekasi, Jawa Barat, memenuhi keputusan Pemerintahan Kota (Pemkot) Bekasi dan kepolisian setempat agar tidak lagi beribadah di lahan kosong di Jalan Asem, Ciketing, lahan yang biasa digunakan mereka dalam beribadah. Koordinator tim kuasa hukum HKBP, Sahara Pangaribuan, membenarkan, para jemaat tidak beribadah di lokasi itu kemarin, tetapi hanya berkumpul membahas masalah larangan dan tempat ibadah baru yang ditawarkan Pemkot Bekasi. “Kita masih membicarakan secara internal. Kami juga berkoordinasi dengan Ephorus tentang masalah lokasi ibadah baru yang ditawarkan pemerintah. Minggu depan kami pakai tempat ibadat yang mana, masih menunggu hasil pembicaraan,” kata Sahara Pangaribuan kepada wartawan di Jalan Puyuh Raya, Bekasi, Minggu. Kondisi di Ciketing, Minggu (19/9) pukul 08.00 WIB, awalnya sedikit tegang menyusul kehadiran ratusan polisi dibantu aparat Satpol PP dan TNI yang berjaga-jaga di sekitar lokasi ibadah (tanah kosong) yang dipersoalkan. Karena penjagaan tersebut, maka ratusan jemaat di bawah Pendeta Erwin Marbun memilih untuk berkumpul di Gereja Puyuh, Jalan Puyuh Raya, tak jauh dari Ciketing. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Boy Rafli Amar, Minggu, membenarkan situasi di Ciketing kondusif. Ia menjelaskan, para jemaat HKBP memang tidak beribadah di Ciketing. Mereka berkumpul di Gereja Puyuh, Pondok Timur Indah, Bekasi, yang berlokasi tidak jauh dari Ciketing. Polisi berharap, para jemaat bisa menaati kesepakatan. “Bisa menaati apa yang sudah menjadi keputusan pihak pemerintah setempat,” katanya. Sebelumnya Pemkot Bekasi memberikan opsi kepada pihak HKBP, menyarankan agar pihak HKBP untuk sementara beribadah di gedung bekas OPP di Jalan Chairil Anwar, sembari menunggu pembangunan gereja yang disediakan Pemkot Bekasi, yakni lahan kosong milik PT Timah di kawasan Mustika Sari seluas 2.500 meter persegi dan lahan milik PT Strada seluas 1.984 meter persegi. Di tempat terpisah, Wakil Wali Kota Bekasi Rahmad Efendi mengatakan, pihaknya mendesak agar pengurus HKBP Pondok Timur Indah (PTI) mematuhi keputusan Wali Kota tentang pelaksanaan ibadat di gedung eks OPP Jalan Khairil Anwar sebagaimana surat Wali Kota bernomor 452/1948.A-Kesos/IX/2010. “Kita harapkan pada Minggu (26/9) mendatang, jemaat HKBP sudah bisa mematuhi keputusan yang ditujukan ke Pendeta HKBP PTI Mustika Jaya,” kata Rahmad Effendi, usai melaksanakan pertemuan dengan ulama dan umat Islam Kota Bekasi, di Bekasi, kemarin.